Seminggu di Derawan Part 6 : Turtle Traffic Maratua dan Hidden Lagoon Kakaban


Karang mulai tumbuh di karapas penyu hijau ini di turtle traffic

Malam itu setelah menjelajahi daratan Pulau Maratua, kami menikmati hidangan makan malam di Resort secara prasmanan bersama tamu-tamu asing berbagai negara yang sedang menyelam disini. Sambil menikmati tenangnya lautan di malam hari, kami duduk di pelantaran di depan restoran resort ditemani musik yang dimainkan dari tablet tamu keluarga dari Indonesia (suami, istri, dan dua anaknya). Istri dari keluarga tersebut ikut bersenandung lagu-lagu romantis barat dengan sangat merdu. Tidak disangka, ternyata dia adalah pemenang pertama KDI (Kontes Dangdut Indonesia) menurut Pak Feri. Pada malam harinya kami terkena badai. Namun cuaca cenderung cerah pada siang harinya. Hal ini berulang setiap hari selama 2 hari terakhir.
   
Besok paginya, Pak Feri sudah siap mengantarkan kami untuk menjelajah laut sekitar Maratua. Targetnya adalah Turtle Traffic. Sebenarnya ada dua tempat lagi yang ingin kami kunjungi, yaitu Pulau Nabucco, Tunnel (lorong) deras yang berisi ribuan ikan, serta Resort eksklusif baru di terletak ujung sabit satunya Pulau Maratua. Namun karena hanya menyewa kapal setengah hari, kami mengurungkan niat tersebut dan memilih Laguna tersembunyi Kakaban sebagai target lainnya. Rencananya kami akan makan siang di Resort.
   
Di Turtle Traffic sesuai namanya, terdapat puluhan penyu berbagai ukuran berkumpul untuk mencari makan di sini. Tingkah laku mereka sangat alami dibandingkan dengan penyu di Derawan. Benar-benar seperti surganya Penyu. Baik di sisi laut yang dalam maupun di sisi dekat terumbu, banyak terdapat penyu. Saat feeding frenzy, bukan hanya penyu yang terlihat namun ikan langka seperti ikan Humphead Parrotfish, datang membentuk rombongan (schooling). Ikan Pinata Batfish/Bannerfish besar tampak mengikuti penyu-penyu tersebut. Kadang ada ikan Remora yang menempel di penyu. Ikan lainnya sangat beragam dan banyak, misalnya Moorish Idol, Ketarap, Lemon Sweetlips (Kaci), Ikan Kakatua, Royal Blue Tang dan Black Tang, Angelfish, Kerapu, dll.
   
Jalan masuk ke Laguna melalui Goa yang sempit ini, hanya saat air laut surut


Selanjutnya kami menyebrang ke Pulau Kakaban. Sesuai namanya, laguna tersembunyi, pintu masuk ke laguna ini sulit dicari. Pintu masuknya berupa Goa yang hanya muncul saat air laut surut dan tenggelam kembali saat air laut pasang. Beberapa kali Pak Feri mondar-mandir mencari Goa ini saat air surut hingga akhirnya terlihat. Tidak ada fasilitas sandar kapal disini sehingga mengikat tali ke karang adalah satu-satunya cara. Salut dengan Pak Feri yang sangat anti dengan penggunaan jangkar. Goa ini bentuknya pipih, lebar sekitar 5 meter dengan tinggi hanya 1 meter, sehingga harus menunduk. Di lantai Goa terdapat aliran air yang arahnya tergantung arah pasang/surut. Kedalaman goa ini sendiri pendek, mungkin hanya 15 meter. Di laguna ini, ekosistem laut masih berlaku, tidak seperti danau ubur-ubur tanpa sengat yang terkenal itu. Kami menemukan anemon lengkap dengan clown fish, kima, christmass tree worms, dan ikan-ikan karang yang terjebak. Dan ternyata kekhawatiran saya jika jalan keluar tertutup saat pasang tidak perlu karena ada penduduk yang sudah membuat akses tangga melewati dinding karang di atas goanya. Juga terlihat rumah pondok untuk beristirahat yang nampak sering digunakan. Menurut Pak Feri, pondokan ini milik penduduk yang kebun-nya ada dekat laguna ini.
 
Di mulut goa hidden lagoon Kakaban dipenuhi koral yang bentuknya aneh
Posisi koordinat akses masuk menuju Laguna tersembunyi Kakaban
        
Selesai di laguna, waktunya sudah mendekati makan siang. Pak Feri menawarkan satu kali snorkeling lagi di dinding Kakaban. Kami menerimanya dengan senang hati karena masih penasaran dengan dinding Kakaban. Setelah itu, dengan badan yang agak kering di jalan, kami langsung makan siang di Resort. Pak Feri memilih makan siang bersama kerabatnya di desa sekitar Maratua. Rencananya Pak Feri akan menginap di Resort karena akan mengantar kami kembali ke Tanjung Batu besok paginya.
   
Setelah makan siang, kami berenang di sekitar resort. Banyak ikan disini. Kami bisa memberi makan ikan-ikan kecil dengan roti dari restoran. Ikan baronang dari ukuran 3 jari hingga 10 jari bersliweran melewati kaki-kaki kayu tiang bangunan dermaga dan restoran. Juga ikan todak besar siap memangsa ikan ramai yang tidak waspada. Ikan lionfish yang anggun juga terdapat banyak di sini, dan bila malam hari, sering terlihat ikan pari berenang di dasar pantai.
 

Seperti biasa, pada malam hari badai melanda pulau ini. Untung pada pagi harinya cuaca cenderung membaik sehingga kami bisa pulang ke Tanjung Batu dengan aman. Di tengah perjalanan ke Tanjung Batu, boat Pak Feri kehabisan bensin dan kami terjebak di tengah laut antara Pulau Derawan dan Pulau Panjang. Dua teman sesama pemilik boat datang setelah ditelepon Pak Feri. Sumbangan bensin antar boat dari tengah laut sangat lucu, karena mereka menertawakan Pak Feri yang kocak karena bingung kehabisan bensin.
  
Ikan baronang berukuran besar banyak terdapat disini, berkumpul di bawah cahaya lampu
Ikan Todak (needlefish) siap menyantap ikan yang lengah
     
Dan akhirnya kami kembali ke Jakarta. Badai seperti mengikuti kami sehingga penerbangan dari Balikpapan ke Jakarta tertunda 3 jam karena badai.
 
Penerbangan pulang kami diikuti oleh badai
 
-selesai-

Gallery :